Baru-baru ini, dunia SEO digemparkan oleh “kebocoran” dokumen yang mengungkap algoritma Google.
Pada 5 Mei 2024, Rand Fishkin, CEO Moz, menerima surel dari seseorang yang mengklaim memiliki bocoran dokumentasi API dari divisi search Google. Setelah dilakukan konfirmasi oleh pegawai Google, diketahui bahwa dokumen tersebut otentik dan tampak memang dibuat oleh pegawai Google.
Kebocoran ini mengejutkan banyak pihak karena isi dokumen tersebut bertentangan dengan informasi yang selama ini disampaikan oleh tokoh-tokoh Google seperti Gary Illyes dan John Mueller.
Berikut adalah beberapa kontradiksi yang terungkap serta pelajaran yang bisa kita ambil sebagai praktisi SEO.
Daftar Isi
Kontradiksi antara Dokumentasi API Google dengan Pernyataan dari Pihak Google
Berikut beberapa pernyataan yang cukup berlawanan antara dokumentasi API Google dan pernyataan resmi dari pihak Google:
Pernyataan resmi Google selalu menekankan bahwa mereka tidak menggunakan metrik seperti Domain Authority. Namun, dalam dokumentasi API Google, terdapat metrik yang disebut “site authority” yang serupa dengan konsep Domain Authority.
#2 Klik Tidak Berpengaruh pada Ranking
Google sering menyatakan bahwa klik tidak berpengaruh langsung pada ranking pencarian (bukan ranking factor).
Namun, sistem Navboost dalam dokumentasi API Google menunjukkan bahwa sinyal dari klik, termasuk parameter seperti “good click” dan “bad click,” berpengaruh pada ranking.
#3 Google Sandbox Tidak Ada
Google menyangkal keberadaan sandbox, namun dalam dokumentasi API Google, terdapat atribut bernama “hostage” yang secara spesifik menunjukkan bahwa situs dapat dikirim ke sandbox.
Untuk informasi lebih lengkap, Anda dapat mengakses tautan ini.
Apa yang harus Kita Lakukan sebagai Praktisi SEO terhadap Isu Tersebut?
Sebagai praktisi SEO, sebenarnya tidak ada tindakan khusus yang perlu kita ambil setelah mengetahui isu ini. Lagi pula, jika semua situs bisa dengan mudah meraih peringkat satu di Google, profesi SEO specialist tidak akan diperlukan.
Justru, penting bagi kita untuk menghindari terjebak dalam confirmation bias, yaitu kecenderungan untuk memercayai informasi yang sesuai dengan keyakinan kita sebelumnya.
#1 Pahami Konteks dari Isu yang Beredar
Melansir dari artikel Search Engine Journal tentang “Google Data Leak Clarification“, penting bagi kita untuk memahami lebih dalam mengenai isu kebocoran data Google ini.
Artikel tersebut menjelaskan bahwa data yang bocor bukan berasal dari Google Penelusuran, melainkan dari API eksternal yang digunakan untuk membangun gudang dokumen (Document AI Warehouse).
Tentunya, ini memberikan perspektif baru bahwa sumber data ini tidak secara langsung terkait dengan algoritma pencarian inti Google.
#2 Pelajaran Penting untuk Para Praktisi SEO
Daripada terlibat dalam debat kusir atau merasa benar hanya karena adanya kebocoran dokumentasi API Google, lebih baik kita fokus pada hal yang benar-benar penting: menciptakan situs dengan user experience terbaik.
Dengan demikian, situs kita tidak hanya dipercaya oleh Google, tetapi juga oleh pengguna yang merupakan target market kita.
Sebagai tambahan informasi yang bisa kita lakukan dalam merespon fenomena ini, melansir dari artikel Mike King (Secrets from the Algorithm: Google Search’s Internal Engineering Documentation Has Leaked) dan Rand Fishkin (An Anonymous Source Shared Thousands of Leaked Google Search API Documents with Me), kita bisa fokus dengan beberapa hal:
- Membangun brand yang kuat sangat penting karena memiliki dampak besar pada hasil pencarian atau ranking di Google.
- Konten dan link memang penting, akan tetapi user-intent dan navigasi/user-journey memiliki peran yang lebih besar.
- Beberapa ranking factor seperti PageRank maupun text-matching (target keyword) semakin kurang penting, meskipun judul halaman tetap sangat penting.
- Bisnis kecil dan menengah (UMKM) mungkin tidak melihat hasil yang signifikan dari SEO sampai mereka membangun kredibilitas dan reputasi yang kuat di kalangan audiens yang cukup besar.
- Fokus pada pembuatan konten berkualitas tinggi dan strategi promosi yang efektif untuk meningkatkan visibilitas dan engagement.
- Lakukan pengujian secara berkala (A/B Testing) dan pelajari hasilnya untuk mengoptimalkan strategi SEO yang lebih baik.
Dengan memahami poin-poin tersebut, praktisi SEO dapat menyesuaikan strategi mereka untuk lebih fokus pada brand building, konten berkualitas, dan pemahaman yang lebih dalam tentang user-intent serta pentingnya pengujian dan pembelajaran yang berkelanjutan.
Semua Kejadian pasti Ada Hikmahnya
Meski dunia SEO heboh karena isu bocornya algoritma Google, bukan berarti kita sebagai praktisi SEO justru malah mencaci maki atau kesal dengan Google, serta merasa bangga jika prediksi kita terbukti benar.
Sebaliknya, kita harus belajar dan bahkan melakukan A/B testing untuk memverifikasi apakah data yang diklaim bocor tersebut benar atau tidak.
Lagipula, sudah banyak studi kasus tentang SEO yang bisa kita pelajari, jadi tidak perlu terkejut dengan hasil yang kadang tidak sesuai dengan pernyataan pegawai internal Google.
Tidak ada cara yang absolut benar di dunia SEO, yang ada hanyalah strategi SEO jangka pendek atau strategi SEO jangka panjang (awet).
Jadi, pilihlah mana yang kamu terapkan sebagai praktisi SEO. Kita memang bebas memilih, tetapi kita tidak akan bisa bebas dari konsekuensi pilihan kita.
Untuk terus mendapatkan update terbaru seputar dunia SEO dan kesempatan untuk berjejaring dengan banyak praktisi SEO di Indonesia, bergabunglah dengan komunitas Telegram DailySEO ID.
Saat ini, DailySEO ID juga membuka program 2-Day SEO Intermediate Masterclass, di mana Anda dapat mempelajari banyak insight dan strategi SEO yang berkelanjutan.
Jangan lewatkan kesempatan ini untuk mengembangkan keterampilan dan pengetahuan SEO Anda. Bergabunglah sekarang dan jadilah bagian dari komunitas SEO yang dinamis dan selalu berkembang!
3 Comments
SEO terbaik dan berlaku selamanya cuma satu, bikin artikel SEO yang bermanfaat bagi setiap generasi dan syukur bila nemu yang mampu berlaku lama.
Pingback: Rahasia Google Bocor: Dampak dan Implikasi
thank informasinya