Anak saya tidak suka les pelajaran matematikanya. Membosankan, katanya.
Jadi, saya ngobrol dengannya, tentang betapa pentingnya melakukan pekerjaan yang membosankan.
Melakukan pekerjaan yang membosankan dan berulang-ulang memang menyebalkan.
Tapi itu skill penting yang menurut saya sering diabaikan semua orang.
Seorang Valentino Rossi dan rider MotoGP lainnya tidak jadi juara hanya karena mereka melakukan perjalanan keliling dunia dan masuk televisi. Mereka memenangkan balapan lewat latihan lari jam 5 pagi, memakan makanan penuh nutrisi yang membosankan, dan latihan fisik di gym. Berulang-ulang, berjam-jam.
SEO juga sama.
SEO penuh dengan pekerjaan repetitif, banyak di antaranya yang membosankan.
Hasil SEO yang “berkilau” lah yang klien dan business owners lebih suka melihatnya.
Grafik naik ke atas, ranking meningkat, dan revenue bertambah. Grafik klasik.
Dan para praktisi SEO juga menyukai grafik klasik yang “silau” seperti itu juga.
Siapa yang tidak suka?
Saat kita mendapati buah pekerjaan kita membentuk grafik klasik seperti itu, semua suka.
Saat kita punya hasil yang bisa dipamerkan di LinkedIn, “hasil SEO meningkat xxx % setelah 6 bulan dengan strategi xxx”.
Siapa yang tidak suka?
Tapi kalau grafiknya tidak meningkat, klien/business owners merasa value dari SEO jadi lebih sedikit dari yang seharusnya. Seakan-akan pekerjaan dan hasil tidak nyambung.
“Mas, kita kan sudah bayar sekian tiap bulan, mana hasilnya?”
Berat rasanya. Apalagi saat kita pulang ke rumah dan melihat billboard perusahaan itu di pinggir jalan.
Kita tahu bahwa perusahaan tidak berharap hasil bisnisnya meningkat secara langsung dari iklan itu.
Tapi keadaan tidak akan begini terus kok.
Dulu, radio tidak menganggap TV sesuatu yang serius.
Bioskop tidak menganggap video streaming sesuatu yang serius.
Koran & media cetak tidak menganggap media sosial sesuatu yang serius.
Dan sangat sedikit perusahaan yang menganggap SEO sesuatu yang serius. Tapi mereka segera akan menganggapnya serius.
Saat saya membagi-bagi pekerjaan SEO ke dalam task harian, apa yang harus kita lakukan kelihatan banyaak sekali.
Banyak hal di belakang to-do list kita setiap hari: skill yang dibutuhkan, jam terbang, kemampuan teknis, dan pekerjaan repetitif nan membosankan itu.
Semua itu terlihat jelas oleh sebuah agensi SEO atau seorang praktisi SEO, tapi tidak bagi klien atau pemilik bisnis. Inilah mengapa klien terbaik biasanya adalah mereka yang sudah pernah melakukan SEO sendiri.
Sebagai sebuah industri, para praktisi SEO harus menjadi lebih baik. Tidak hanya dalam menjelaskan value dari pekerjaan SEO, tapi juga dalam menjelaskan apa yang kita lakukan, serta bagaimana kita mendapatkan skills kita.
Setiap praktisi SEO punya kisah. Seringkali, kisah yang harus diceritakan.
Website yang menantang secara teknis, berurusan dengan tim developer, klien internasional, pengalaman bekerja dalam perusahaan, pengalaman bekerja sebagai freelance… daftar ini panjang sekali.
Ini adalah sesuatu yang seringkali saya pikirkan sebagai seorang head of department.
Tapi sebagai sebuah industri, praktisi SEO harus jadi lebih baik dalam menunjukkan kepada klien apa yang kita lakukan.
Sebagai sebuah industri, para praktisi SEO harus memperbaiki cara kita menceritakan cara kita mempelajari apa yang kita ketahui saat ini.
Sepertinya ada sebuah cara yang kita masih belum tahu apa itu.
Mungkin itu akan jadi buku saya berikutnya. “Kisah di belakang para praktisi SEO.”
Saya berani bertaruh teman-teman semua punya kisah untuk diceritakan.
—
Catatan DailySEO ID
Diterjemahkan dan disadur dari status LinkedIn Andrew Holland, dengan seizin yang bersangkutan. Andrew adalah Head of Organic di Embryo Digital, sebuah agensi digital marketing di Manchester, Inggris.
DailySEO ID menceritakan hal ini agar teman-teman yang baru belajar SEO, atau baru terjun di industri SEO, tidak merasa bahwa melakukan pekerjaan repetitif dan membosankan di SEO adalah sia-sia.
Kami para praktisi SEO yang dianggap lebih senior (padahal cuma karena terjun di industri ini duluan) pernah, masih, dan akan terus berada di posisi itu. Ngoprek, googling, baca, nanya, ngoprek lagi, googling lagi, baca lagi, nanya lagi, begitu terus.
Teruslah bertahan, karena pada akhirnya, pekerjaan membosankan berulang-ulang ini akan membawa kita ke keadaan yang lebih baik: kalau tidak kita mencapai hasil yang kita inginkan, kita akan mendapat skill dan pengetahuan baru. Atau bahkan keduanya. Teruslah bertahan.
3 Comments
Terima kasih banyak insightnya Mas.
Pingback: 5 Rekomendasi Kursus/Belajar SEO Online di Indonesia, Ini Investasi Leher Ke Atas! - DailySEO ID
Pingback: 5 Tips Optimasi Gambar di SEO, Lakukan Semua Agar Google & User Happy! - DailySEO ID