Mudahnya pengunjung dalam menavigasi website menjadi salah satu indikator dari website dengan pengalaman pengguna yang baik.

Dan yang seperti kita ketahui, menghadirkan pengalaman pengguna yang baik akan berdampak positif pada upaya SEO yang kita lakukan. 

Lantas bagaimana cara memastikan pengunjung dapat dengan mudah menavigasi website? Salah satu yang paling utama adalah dengan memerhatikan taksonomi dari situs Anda. 

Pelajari apa itu yang dimaksud dengan taksonomi website dan bagaimana cara mengoptimasinya untuk SEO pada pembahasan di bawah ini!

Apa itu Site Taxonomy?

Taxonomy atau taksonomi dikenal sebagai sebuah praktik dalam mengklasifikasikan sesuatu berdasarkan hal tertentu.

Dalam ilmu biologi misalnya, penerapan taksonomi digunakan untuk mengklasifikasikan makhluk hidup berdasarkan kesamaan karakteristik menjadi berberapa tingkatan kategori, mulai dari spesies, genus, familia, dan seterusnya.

Jadi dalam konteks ini, site taxonomy bisa diartikan sebagai sistem atau struktur yang digunakan pada website untuk mengklasifikasi konten berdasarkan kesamaannya.

Tujuannya utamanya adalah agar memudahkan pengunjung dalam menavigasi website tersebut.

Dalam praktiknya, site taxonomy memiliki kaitan erat dengan struktur URL website Anda, yaitu struktur yang digunakan untuk mengklasifikasi URL website sesuai dengan konten di dalamnya.

Namun, struktur URL bukanlah satu-satunya cara dalam mengorganisir konten website Anda. Masih ada beberapa cara lain yang bisa Anda lakukan dalam membangun taksonomi website, misalnya dengan memanfaatkan internal link atau tag.

Tipe Site Taxonomy

Penentuan struktur taksonomi dari website akan didasarkan pada beberapa faktor, termasuk fungsi website, jenis konten dalam website, dan skala besar atau jumlah page dalam website.

Berikut beberapa tipe taksonomi website yang paling umum digunakan dalam mengklasifikasi konten atau halaman dalam sebuah website.

Flat Taxonomy

Flat taxonomy adalah sistem pengaturan konten website di mana semua kategori pada website berada pada level yang sejajar (horizontal). Struktur website ini cocok digunakan untuk website kecil yang tidak memiliki banyak konten di dalamnya.

Sebagai contoh, flat taxonomy dapat digunakan oleh website company profile yang pada homepage nya hanya memiliki tiga sampai empat kategori konten, seperti ‘Tentang Kami’, ‘Lokasi’, ‘Layanan’, dan ‘Kontak’.

Hierarchical Taxonomy

Hierarchical taxonomy merupakan taksonomi website di mana kategori konten diurutkan dari yang paling penting atau umum, sampai ke yang paling spesifik.

Baca Juga:   Kenali Manfaat dan Fungsi Events di Google Analytics 4

Contoh penerapan hierarchical taxonomy bisa diambil dari kategori konten website dailyseo.id sendiri. Pada website kami, artikel seputar SEO dikategorikan menjadi beberapa topik umum seperti ‘Keyword Research’, ‘Content’, ‘Technical’, ‘Off-Page SEO’, dan beberapa topik lainnya.

Mengacu pada taksonomi tersebut, maka URL yang digunakan pada setiap kategori menjadi:

  • https://dailyseo.id/keyword-research/judul-artikel-1
  • https://dailyseo.id/keyword-research/judul-artikel-2
  • dan seterusnya

Struktur URL tersebut menunjukkan bahwa artikel 1 dan artikel 2 berada dalam kategori konten keyword research.

Facet Taxonomy

Facet taxonomy merupakan struktur yang digunakan ketika topik pada konten website bisa dimasukkan ke dalam beberapa kategori yang berbeda.

Biasanya, struktur ini digunakan pada website agar pengunjung dapat menemukan konten dengan menyortir atribut tertentu. Misalnya pada website ecommerce yang setiap halaman produknya memiliki banyak atribut yang berbeda.

Mengapa Memerhatikan Site Taxonomy Penting bagi SEO?

Sekarang Anda telah memiliki gambaran mengenai apa itu site taxonomy beserta ragam tipenya. Namun seberapa penting kah taksonomi bagi website? Bagaimana taksonomi website memengaruhi upaya SEO Anda?

Taksonomi atau struktur pada website akan memengaruhi bagaimana pengunjung berinteraksi dengan website Anda. Tentunya, semakin baik dan jelas taksonomi dari sebuah website, maka pengunjung akan semakin mudah menemukan dan mengonsumsi konten dalam website Anda.

Sebaliknya, website yang tidak memiliki struktur yang jelas akan mempersulit pengunjung dalam menavigasi dan memahami konten Anda. Bahkan, bisa saja pengunjung akan frustrasi dan akhirnya memilih untuk langsung meninggalkan website.

Selain memudahkan pengunjung dalam menjelajahi website, memiliki taksonomi yang jelas juga akan membantu Google dalam memahami isi website Anda.

Google men-crawl sebuah website dengan mengikuti link pada halalaman, baik link internal maupun eksternal, menggunakan bot yang disebut Googlebot. Dengan mengikuti link tersebut, Google dapat memahami hubungan antar masing halaman dan menentukan bagaimana konten website Anda akan di-indeks.

Dengan begitu, bisa dibilang struktur website Anda berperan sebagai semacam panduan bagi Google dalam menemukan dan memahami konten yang ada dalam website Anda.

Tips Menjalankan Optimasi Site Taxonomy

Dari pembahasan di atas, dapat kita simpulkan bahwa yang perlu Anda lakukan adalah memastikan taksonomi website Anda dapat memudahkan pengunjung dan juga search engine untuk memahami konten website Anda.

Untuk memulai usaha Anda dalam mencapai hal tersebut, berikut beberapa tips sederhana yang bisa Anda jadikan panduan demi memastikan website Anda memiliki taksonomi yang baik.

1. Mulai dengan Menjalankan Riset Keyword dan Topik

Riset keyword dan topik merupakan fondasi utama dari menjalankan strategi SEO yang sukses. Tanpa adanya usaha ini, Anda tidak akan mengetahui dengan pasti informasi apa yang audience Anda inginkan dan apa yang mereka cari pada search engine.

Mengetahui keyword dan topik yang relevan dengan website Anda juga akan sangat membantu dalam mengatur taksonomi dari kategori konten website Anda.

Baca Juga:   Apa itu Core Web Vitals? Ini Penjelasan Lengkapnya

Untuk melakukannya, Anda dapat menggunakan topik umum dari list topik yang telah Anda miliki sebagai kategori konten. Lalu, tentukan sub-topik dan keywords lain yang relevan dengan topik umum tersebut sebagai cluster turunan-nya.

Dengan cara ini, konten pada website Anda akan memiliki cluster konten yang terstruktur dengan hubungan yang jelas antar setiapnya.

2. Buat Taksonomi Website Sesederhana Mungkin

Selalu ingat bahwa tujuan utama dalam mengatur taksonomi website adalah untuk mempermudah pengunjung dan search engine dalam memahami konten website Anda.

Artinya, semakin sederhana taksonomi website Anda, maka akan semakin baik. Sebaliknya, membuat taksonomi yang rumit dengan ratusan kategori dan sub-kategori hanya akan memperburuk keadaan dan mempersulit search engine dan pengunjung website Anda.

Untuk menjaga taksonomi website Anda tetap sederhana, pastikan Anda hanya memiliki beberapa kategori utama saja, sedangkan konten lainnya bisa Anda letakkan sebagai sub-kategori dari kategori utama tersebut.

3. Sediakan Ruang yang Cukup untuk Penambahan Kategori Baru

Taksonomi dari website Anda akan mengalami perubahan seiring dengan berkembangnya konten pada website Anda.

Ketika Anda membuat konten baru, mungkin saja Anda perlu untuk menata ulang bahkan menambahkan beberapa kategori baru pada website demi memastikan semua konten terhubung dengan baik.

Namun, terlalu sering merubah struktur dan kategori website juga bukan merupakan praktik yang baik karena sedikit banyak akan memengaruhi ranking website Anda pada SERP.

Struktur website yang baik adalah struktur yang meskipun memiliki kategori yang mapan, namun tetap memiliki keterbukaan bagi adanya perubahan kedepannya.

4. Pastikan URL Website Memiliki Struktur yang Jelas

Struktur URL yang baik adalah struktur URL yang memiliki hirarki dan memiliki hubungan semantik yang jelas.

Untuk lebih jelasnya, mari kita lihat bersama-sama perbandingan dari contoh URL dengan struktur yang buruk dengan URL yang memiliki struktur yang baik.

Contoh struktur URL yang kurang baik dari segi taksonomi

  • https://contohdomain.com/2022/03/14/contoh-judul-artikel-1/
  • https://contohdomain.com/2021/12/08/contoh-judul-artikel-2/
  • https://contohdomain.com/2020/05/13/contoh-judul-artikel-3/

Contoh di atas menggambarkan URL artikel blog pada website yang dikategorikan berdasarkan tanggal publish artikel. Pengkategorian konten dengan tanggal seperti ini kurang baik karena terbilang cukup kompleks.

Selain itu, taksonomi pada URL tersebut juga tidak menunjukkan relevansi antar tiap konten.

Contoh struktur URL yang lebih baik dari segi taksonomi

  • https://contohdomain.com/content-marketing/cara-membuat-content-mapping/
  • https://contohdomain.com/social-media-marketing/tools-social-media-marketing-terbaik/
  • https://contohdomain.com/search-engine-marketing/cara-menggunakan-google-keyword-planner/

Dapat dilihat bahwa stuktur URL di atas lebih mudah dimengerti karena menggambarkan dengan jelas konten dan topik apa yang akan ditemukan pengguna saat mengunjungi URL tersebut.

Baca Juga:   7 Tips dan Cara Agar Website Cepat Terindex Google

Selain itu, setiap artikel blog juga memiliki kategori konten pada taksonomi URL sehingga pengunjung website dan search engine dapat memahami relasi antar konten hanya dengan melihat struktur URL-nya saja.

5. Menggunakan Content Silo untuk Mengelompokkan Konten

Istilah content silo mungkin masih terdengar cukup asing untuk Anda. Namun sebetulnya, teknik ini cukup mendasar dalam menjalankan SEO.

Content silo adalah sebuah metode yang digunakan dalam SEO untuk menyusun atau mengelompokkan konten website berdasarkan kesamaan topik atau keyword yang relevan.

Pada praktiknya, silo pada website dibangun dengan mengelompokkan konten yang berhubungan atau memiliki kesamaan pembahasan menjadi struktur hirarki, yang setiap level-nya dihubungkan dengan internal link.

Sebagai contoh, untuk membuat struktur silo dengan topik pembahasan tentang SEO, Anda dapat membuat konten utama untuk menjawab pertanyaan yang paling umum, misalnya artikel “Apa itu SEO?”.

Lalu pada level hirarki setelahnya, Anda bisa membuat artikel dengan topik turunan dari konten utama tersebut, misalnya artikel tentang “Off-Page SEO” dan “On-Page SEO”. Kemudian struktur ini bisa Anda kembangkan lagi dengan membuat artikel yang menggunakan topik yang lebih spesifik.

Dari topik “On-Page SEO” misalnya, Anda bisa menambahkan artikel turunan dengan topik seputar riset keyword, meta tag, atau topik lain yang berhubungan dengan onpage SEO. Sedangankan dari artikel “Off-Page SEO”, Anda bisa membuat artikel baru yang membahas link building, guest posting, atau topik lain seputar offpage SEO.

Menggunakan taksonomi seperti ini dapat membantu search engine dalam memahami konten website Anda lebih mudah karena hubungan semantik antar halaman menjadi jelas.

Penutup

Demikian pembahasan singkat tentang site taxonomy dan perannya dalam upaya SEO. Dapat kita simpulkan, memiliki taksonomi yang tepat, jelas, dan sederhana sangatlah penting karena akan membantu pengunjung dan search engine untuk menavigasi website Anda.

Selain beberapa tips di atas, masih banyak lagi teknik yang bisa Anda lakukan untuk membuat taksonomi website yang baik.

Jika Anda memiliki pertanyaan lanjutan atau ide lain mengenai optimasi site taxonomy, Anda bisa mendiskusikannya di group telegram DailySEO! Di sana Anda bisa mendiskusikan lebih lanjut mengenai site taxonomy atau topik relevan lain dengan pegiat SEO lainnya.

Sumber

Dapatkan berita terbaru seputar SEO Gratis!
Subscribe Sekarang!

Author

SEO & SEM Specialist at Meson Digital

2 Comments

  1. Pingback: Mengenal SEO Log File Analysis & Manfaatnya, Profesional Harus Tahu! - DailySEO ID

  2. Untuk best practice silo content itu bagaimana ya? Pada penjelasan di artikel, berarti untuk artikel “onpage SEO” dan “offpage SEO” itu kasih internal link ke artikel “apa itu SEO” dan di artikel “Apa itu SEO” juga kasih link ke “onpage SEO” dan “offpage SEO” juga tidak?

Write A Comment