Akhir 2022 lalu, saya memposting sesuatu di LinkedIn saya.
Post tersebut saya buat salah satunya karena terinspirasi oleh video dari bang Ridho Putradi S’gara, yang ia buat untuk menanggapi kehebohan postingan LinkedIn salah satu praktisi SEO tentang 2023 Onpage SEO is Death.
Di postingan LinkedIn itu, saya ingin menunjukkan bahwa SEO itu ada harganya, karena SEO bisa memberikan value untuk bisnis. Satu hal yang gratis di SEO itu cuma gratis traffic-nya saat website kita muncul di posisi tinggi di Google.
Akan tetapi, untuk mencapai posisi itu, ada usaha, waktu, tenaga, dan ilmu yang perlu dikeluarkan. Dan itu butuh biaya, tidak gratis.
Sehingga saya benar-benar bingung dengan yang bisa menjual “jasa SEO seikhlasnya”. Apa yang dilakukan sehingga bisa menjual SEO semurah ini?
Berikut adalah postingan di LinkedIn saya itu:
Saya baru ngobrol dengan digital manager-nya salah satu FMCG multinasional dan mendapatkan insight menarik.
Mereka baru fokus di SEO sejak 2021, sesuai arahan globalnya.
Dia juga cerita bahwa dia menggunakan salah satu agensi untuk menjalankan strategi SEO-nya.
Saya tanya, “kalo boleh tahu, budget SEO di elo berapa %-nya budget paid channel sih bro?”
Dia jawab, “sekitar 5% dari budget paid channel bro.”
Saya langsung menghitung di dalam kepala. Kalau budget paid channel-nya 100 juta sebulan, berarti budget SEO sekitar 5 juta sebulan.
Tapi FMCG multinasional nggak mungkin punya budget digital segitu doang pastinya.
Katakanlah budgetnya 500 juta sebulan, berarti yang diterima agensi SEO-nya adalah sekitar 25 juta sebulan.
Wah, ternyata SEO bisa dibayar mahal lho!
Lalu dia melanjutkan, “menariknya nih bro, kualitas audiens dari channel SEO itu lebih bagus dari paid channel! Lifetime Value-nya lebih tinggi 20-30%!”
AHA!
Inilah value utama dari SEO, yang membuatnya sama sekali tidak bisa dijual dengan harga murah.
SEO bisa mendatangkan audiens yang berkualitas untuk bisnis Anda, dengan harga yang jauuuh lebih murah dibandingkan channel berbayar.
Mengapa begini?
Saat mencari sesuatu di Google, kita lebih punya kecenderungan mengklik hasil organik di bagian bawah, dibandingkan mengklik iklan di bagian atasnya bukan?
Itu karena kita percaya bahwa hasil yang dimunculkan oleh Google di sana adalah yang paling bagus. Sehingga kita lebih cenderung mengklik hasil non-iklan.
Proses agar bisa muncul di hasil pencarian itulah yang disebut SEO. Dan prosesnya sama sekali tidak mudah. Bisa baca di sini tentang apa itu SEO.
Namun, SEO bukanlah obat ajaib untuk bisnis. Semua channel perlu digunakan dalam marketing channel mix-nya.
Bisnis tetap butuh iklan digital, karena audiens bisa didapatkan hanya dalam hitungan hari. Sementara SEO butuh waktu hitungan minggu hingga bulan untuk mendatangkan hasil.
Namun umunya harga akuisisi pelanggan lewat ads akan semakin lama semakin mahal. Salah satu klien saya fokus di SEO di tahun 2022 ini setelah sejak 2019 hanya fokus di ads.
Perusahaan perlu memiliki SEO dalam marketing channel mix-nya, karena SEO bisa mendatangkan audiens berkualitas dengan biaya jauh lebih murah.
Juga saat budget iklan digital di-cut (seperti saat awal pandemi), bisnis Anda akan kehilangan audiensnya. Tapi lewat SEO, audiens Anda akan tetap datang, walaupun budget distop.
Itulah value dari SEO, yang walaupun traffic yang didapatkannya gratis, tapi proses dan usaha mendapatkannya sama sekali tidak murah.
Sudahkah perusahaan Anda memasukkan budget SEO dalam strategi digital marketing Anda? Berapa % dari paid channel?
Yuk berbagi di komentar!
Tulisan ini memancing diskusi hingga lebih dari 70 komentar, yang sebagian besar menceritakan pengalamannya.
Berikut beberapa di antaranya, saya kutip di sini untuk menjadi pembelajaran kita semua.
Bagaimana menurut teman-teman? Apakah teman-teman setuju dengan opini saya, bahwa seharusnya layanan SEO itu tidak dihargai murah?
Silakan tuliskan di komentar di bawah, atau bisa gabung ke grup Telegram DailySEO ID untuk berdiskusi di sana.