Dalam dunia penulisan konten, salah satu kunci utama supaya artikel terstruktur dan mudah dipahami pembaca adalah dengan menggunakan content outline

Content outline bukan cuma membantu writer dalam menyusun alur penulisan, namun juga memastikan setiap poin penting tersampaikan dengan baik.

Banyak writer yang masih asal dalam melakukan penulisan. Padahal, menggunakan outline sangat direkomendasikan, terutama untuk mereka yang ingin menghasilkan konten yang relevan, informatif, dan sesuai dengan search intent.

Di sisi lain, penggunaan content outline ini juga cocok diaplikasikan oleh SEO Specialist yang sedang membuat content brief untuk writer.

Nah, pada kesempatan kali ini kami akan memberikan informasi terkait content outline, mulai dari pengertian, sampai dengan cara membuat garis besar konten yang baik dan benar.

Apa Itu Content Outline?

Content outline adalah dokumen yang merinci apa saja yang perlu disertakan dalam sebuah artikel.

Fungsinya sebagai kerangka atau alur penulisan yang membantu writer merancang konten dengan lebih terstruktur dan logis.

Bagian ini juga memberikan gambaran tentang elemen-elemen penting yang harus ada dalam artikel supaya bisa fokus pada pembahasan dan tidak keluar jalur. 

Content outline bisa dimanfaatkan dengan baik oleh SEO Specialist saat hendak memberikan brief kepada writer.

Misalnya, SEO Specialist memasukkan beberapa poin yang berbeda dari kompetitor dan harus ditulis oleh writer supaya artikelnya nanti memberikan value yang lebih baik dibandingkan kompetitor.

Ada beberapa komponen yang harus ada dalam sebuah outline konten, yaitu:

  • Judul (H1): judul utama yang akan menarik perhatian pembaca
  • Bagian utama (H2): setiap bagian mewakili sub topik atau aspek yang relevan dengan tema utama
  • Subbagian (H3-H6): di dalam setiap bagian utama, sub bagian membagi topik menjadi poin-poin yang lebih spesifik, membantu pembaca memahami informasi dengan lebih mudah
  • Poin-poin utama: poin penting yang akan dibahas dalam setiap bagian atau subbagian. Biasanya ditampilkan dalam bentuk poin-poin singkat agar lebih mudah diidentifikasi
  • Bukti pendukung/contoh: data, statistik, atau contoh yang relevan untuk mendukung argumen. Ini menambah kredibilitas pada konten dan memperkuat ide-ide utama
  • Referensi/catatan: jika ada sumber yang digunakan, mereka biasanya dicantumkan di bagian terkait untuk memudahkan pengecekan fakta

Kenapa Harus Menggunakan Content Outline?

Penggunaan outline konten bukan cuma memudahkan writer, tetapi juga memberikan banyak keuntungan lain dalam proses pembuatan konten. 

Baca Juga:   Membangun Ekosistem Website yang Saling Terikat dengan Topic Clustering

Berikut beberapa alasan mengapa outline sangat penting dalam penulisan konten atau artikel:

  • Lebih Terstruktur: membantu penulis mengorganisir informasi secara sistematis. Dengan adanya kerangka yang jelas, writer bisa mengatur alur dari satu ide ke ide lainnya dengan lancar tanpa bingung di tengah jalan
  • Kejelasan Lebih Tinggi: dengan membagi konten ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil, outline membantu writer memastikan setiap ide atau poin disampaikan dengan lebih jelas dan detail
  • Fokus Lebih Terjaga: outline membantu penulis untuk tetap fokus pada poin-poin penting dan menghindari pembahasan yang tidak relevan sehingga tidak keluar dari topik yang sedang dibahas
  • Memudahkan Kolaborasi: outline juga bisa menjadi alat komunikasi yang efektif ketika writer harus bekerja dalam tim. Dengan outline, ide-ide bisa dibagikan kepada editor atau rekan penulis sebelum mulai menulis konten secara penuh

Perbedaan Content Outline & Content Brief

Meski sekilas terdengar mirip, content outline dan content brief memiliki perbedaan mendasar.

Keduanya berfungsi untuk mempermudah proses penulisan, namun tujuan mereka berbeda. Nah, berikut adalah perbedaan outline dan content brief:

  • Content Brief: biasanya memberikan gambaran umum tentang tujuan konten, audiens yang dituju, pesan kunci, kata kunci utama, dan analisis pesaing. Content brief lebih berfokus pada aspek strategis konten daripada rincian teknis tentang isi artikel itu sendiri
  • Content Outline: lebih menekankan pada struktur konten, dengan rincian seperti judul, subjudul, dan poin-poin utama yang akan dibahas. Outline berfungsi sebagai panduan langsung untuk penulis dalam proses pembuatan konten

Singkatnya, content brief membantu mengarahkan konten secara garis besar, sedangkan konten outline memberikan panduan rinci dalam penulisan.

Keduanya bekerja sama untuk memastikan konten yang dihasilkan tidak hanya sesuai tujuan, namun juga terstruktur dan mudah dipahami.

Langkah-langkah Pembuatan Content Outline

Untuk membuat sebuah konten outline yang baik, Ada beberapa hal yang harus teman-teman perhatikan.

Bagi yang masih bingung, berikut ini sudah kami rangkum tutorial cara pembuatan content outline yang baik supaya menghasilkan tulisan yang berkualitas.

1. Identifikasi target audiens

Langkah pertama dan paling krusial adalah mengetahui siapa yang akan membaca konten Anda.

Dengan memahami audiens, teman-teman bisa menyusun konten yang sesuai dengan kebutuhan dan minat mereka.

Tentukan faktor demografis (usia, gender, lokasi) dan psikografis (minat, nilai, gaya hidup) dari audiens Anda.

Misalnya, apakah audiens Anda adalah profesional yang sibuk? Maka, buat konten yang langsung pada intinya dan mudah dipindai.

Jika audiensnya adalah pemula di suatu bidang, buat konten yang lebih mendasar dengan penjelasan yang sederhana.

Contoh: Jika teman-teman menulis tentang pemasaran digital, audiens Anda bisa jadi pemilik bisnis kecil atau pekerja di bidang pemasaran. Pastikan konten tersebut menawarkan solusi praktis dan mudah diterapkan dalam konteks mereka

Baca Juga:   Strategi User-Generated Content (UGC) Ampuh Bangun Loyalitas Customer

2. Tentukan goal/tujuan dari artikel tersebut

Setiap artikel atau konten yang kamu buat harus memiliki tujuan yang spesifik. Tujuan ini akan menjadi panduan dalam penyusunan konten dan mempengaruhi gaya penulisan, format, dan informasi yang Anda masukkan.

Beberapa contoh tujuan konten yaitu, brand awareness, konversi atau leads, dan meningkatkan traffic.

Tentukan apa yang teman-teman ingin pembaca lakukan setelah membaca artikel. Apakah Anda ingin mereka mengunjungi halaman produk? Mendaftar webinar? Atau cukup memahami suatu konsep baru?

Contoh: Jika teman-teman menulis artikel tentang “Cara Meningkatkan Efektivitas Pemasaran Email”, tujuan artikel mungkin untuk meningkatkan jumlah pendaftaran email marketing di situs Anda. Dengan begitu, Anda bisa menyisipkan ajakan untuk mendaftar di akhir artikel.

3. Gunakan heading tag

Penggunaan heading tag yang benar bukan cuma membantu pembaca memahami alur artikel, namun juga mendukung SEO.

Heading tag membantu mesin pencari memahami struktur konten Anda, sehingga artikel lebih mudah diindeks dan diberi peringkat di halaman hasil pencarian (SERP).

Gunakan H1 untuk judul utama, H2 untuk subtopik besar, dan H3 hingga H6 untuk sub-sub topik. Heading juga harus relevan dengan isi artikel dan mengandung kata kunci utama.

Jangan menggunakan heading yang terlalu umum atau tidak menggambarkan isi di bawahnya.

Contoh: Jika Anda membuat artikel tentang “Cara Membuat Ramen”, H1 akan menjadi judul utama, seperti Panduan Lengkap Cara Membuat Ramen yang Lezat. H2 mungkin mencakup Bahan-bahan Utama dan Langkah-langkah Memasak Ramen, sementara H3 dapat digunakan untuk merinci instruksi memasak atau bahan tambahan.

Hal ini kami lakukan dalam menyusun content brief supaya memberikan gambaran kepada writer mengenai isi artikel yang akan mereka tulis nanti.

Di sisi lain, pemakaian heading pada content outline ini juga membantu kita untuk memberikan poin yang berbeda dibandingkan dengan kompetitor.

Dok. Screenshot

4. Riset keyword dan kompetitor

Riset keyword dan analisis kompetitor adalah bagian penting dalam merancang content outline yang efektif, terutama jika Anda ingin artikel tersebut ditemukan melalui mesin pencari.

Kata kunci membantu memastikan bahwa artikel teman-teman sesuai dengan istilah yang digunakan oleh audiens saat mencari informasi di internet.

Anda bisa menggunakan tools riset keyword seperti Google Keyword Planner, Ahrefs, atau SEMrush. Cari kata kunci dengan volume pencarian tinggi namun persaingan yang relatif rendah. 

Selain itu, Anda juga bisa mencari keyword low hanging fruit untuk mendapatkan traffic yang cukup dari tingkat kompetisi yang rendah

Cek juga konten dari kompetitor untuk melihat bagaimana mereka mengoptimalkan artikel untuk kata kunci yang sama dan topik apa yang belum dibahas secara mendalam.

Baca Juga:   Apakah Pagination Mempunyai Dampak Buruk Terhadap SEO?

Contoh: Jika Anda ingin menulis artikel tentang “cara membuat ramen”, teman-teman bisa menargetkan kata kunci seperti “cara membuat ramen dari nol”, “resep ramen sederhana”, “cara buat mie ramen” atau “tips memasak ramen di rumah”.

Lihat juga artikel dari situs-situs teratas di SERP untuk melihat apa yang mereka bahas, serta apakah ada celah yang bisa Anda manfaatkan, seperti menyediakan panduan yang lebih mendetail atau langkah yang lebih sederhana.

5. Beri catatan di setiap heading

Catatan di bawah setiap heading akan memudahkan Anda saat menulis atau memandu writer lain untuk memahami apa yang diinginkan dalam setiap bagian artikel.

Catatan ini berfungsi sebagai panduan yang lebih spesifik, mulai dari poin-poin yang harus disertakan hingga sumber yang perlu dirujuk.

Di bawah setiap heading, tambahkan poin-poin utama yang ingin kamu sampaikan. Ini bisa berupa referensi ke artikel lain, data dari riset, atau contoh kasus yang relevan.

Catatan ini harus detail supaya membantu memperjelas apa yang harus dicapai dalam setiap bagian.

Contoh: Di bawah heading “langkah-langkah membuat ramen”, teman-teman bisa menambahkan catatan seperti “sertakan tips memilih bahan ramen berkualitas”, atau “sertakan gambar langkah demi langkah untuk membantu pembaca visual”. Ini akan membuat penulisan lebih fokus dan informatif.

Penutup

Itulah tadi penjelasan tentang content outline beserta cara membuatnya dari awal sampai akhir.

Pembuatan outline melibatkan beberapa langkah strategis, mulai dari memahami audiens, menentukan tujuan, hingga melakukan riset keyword dan kompetitor.

Heading tag harus digunakan dengan tepat supaya struktur konten lebih jelas, setiap bagian harus diberikan catatan yang bisa memandu penulisan lebih detail.

Dengan pendekatan yang terstruktur ini, proses penulisan akan lebih efisien dan hasilnya lebih sesuai dengan tujuan serta kebutuhan pembaca.

Ingin tahu lebih tentang konten SEO dan diskusi lebih lanjut? Yuk, gabung grup Telegram DailySEO ID! Di sana, teman-teman bisa berdiskusi tentang tips trik menulis artikel yang SEO friendly serta topik menarik seputar digital marketing.

Kalau kamu mau ikut kelas intermediate SEO, langsung daftar di sini, ya! Buat yang ingin masuk waiting list untuk SEO Fundamental Course DailySEO ID, bisa langsung menuju halaman ini.

References:

Content Outlines: How to Write Better Content Faster

How to Create a Content Outline: A Step-by-Step Guide

Dapatkan berita terbaru seputar SEO Gratis!
Subscribe Sekarang!

Author

SEO Content Specialist, Median Digital Indonesia | Former SEO Content at Zenius, Hipwee, and Glints | SEO Enthusiast

Write A Comment