Suatu hari, saya dihubungi oleh seseorang. Saya tidak bisa menyebut namanya, tapi yang jelas ia berasal dari kalangan profesional dan tentu terkenal. Ia meminta pendapat saya tentang seringnya terjadi perdebatan antara dua kubu dalam dunia SEO.

Bagi yang belum tahu, istilah “praktisi SEO Facebook” umumnya merujuk pada para IMers (Internet Marketers), sedangkan “praktisi SEO LinkedIn” lebih mengarah pada profesional SEO yang bekerja di perusahaan atau memiliki agensi SEO sendiri.

Lantas, posisi saya di mana?

Saya ada di posisi yang berusaha merangkul semua pihak.

Pertama, guru saya pernah berpesan:

“Jadilah manusia ruang, bukan manusia perabotan.”

Ruang dalam artian menjadi tempat yang bisa menampung siapa saja, dari latar belakang apa pun. Bukan memilih-milih. Tidak memihak.

Kedua, saya sendiri punya latar belakang dari kedua dunia. Saya belajar SEO secara otodidak. Pada 2011 hingga 2014, saya bisa dikatakan sebagai IMers. Kemudian di tahun 2015–2017, saya sempat menjadi SEO Lead di sebuah perusahaan di Singapura.

Jadi saya memahami kedua sudut pandang. Dan memang, keduanya sangat berbeda.

Apa yang membedakan?

Sederhana: metode, mindset, dan objective.

Praktisi SEO Facebook seringkali dicap “hama” oleh beberapa pihak (tentu tidak semuanya) karena metode spam yang dianggap merusak ekosistem SEO, khususnya di Indonesia.

Saya paham kenapa mereka dicap begitu. Karena memang realitanya, praktisi SEO dari Indonesia seringkali dianggap spammer dan kurang dihargai secara profesional.

Bandingkan dengan Brian Dean atau Neil Patel—mereka tidak hanya dikenal sebagai praktisi SEO, tapi juga sebagai pebisnis dan tokoh yang dihormati di industri digital global.

Inilah yang sebenarnya diharapkan oleh banyak praktisi SEO LinkedIn: ekosistem SEO yang sehat. Yang membuat dunia SEO di Indonesia tidak lagi dipandang sebelah mata. Yang membuat para SEO Specialist dihargai selayaknya profesional.

Baca Juga:   Apakah Membayar Penulis Berdasarkan Jumlah Kata adalah yang Terbaik?

Lumrah, wajar, saya pun ingin demikian.

Tapi apakah para praktisi SEO Facebook itu salah?

Secara metode, saya harus katakan banyak yang demikian. Tapi saya tahu beberapa alasan kenapa mereka demikian.

Dari diskusi dengan seseorang tadi, saya sampaikan bahwa para IMers itu umumnya berasal dari kalangan otodidak. Banyak dari mereka yang belajar SEO bukan karena ingin terlihat keren, jadi pembicara seminar, atau jadi profesional di perusahaan, tapi karena ingin mengubah nasib.

Banyak di antara mereka berasal dari latar belakang ekonomi yang pas-pasan. Kuliah tak mampu, ikut kursus SEO mahal tak mampu, beli tools SEO profesional pun kadang tak kesampaian.

Bahkan ada yang untuk beli domain Rp100 ribu saja harus menabung dulu.

Jadi jangan bandingkan mereka dengan teman-teman SEO profesional yang didukung tools mumpuni dari perusahaan, didukung budget yang unlimited, didukung tim yang proper. Kejauhan bro.

Saya tahu karena saya hadir di antara mereka. Saya mendengarkan cerita dan perjuangan mereka. Dan tentunya karena saya pernah menjalaninya.

Ya, harus diakui metode SEO mereka sering kali berantakan. Tapi mereka terus belajar. Mereka berproses. Mereka tidak punya banyak pilihan selain mencari hasil instan, meski dengan cara-cara yang kadang “nakal”.

Tapi justru dari hasil-hasil instan itulah mereka mendapat semangat. Itu menjadi trigger untuk belajar lebih baik lagi.

Sekali lagi, karena mereka butuh makan, mereka butuh hasil instan untuk bertahan hidup. Cara-cara instan tersebut juga yang akan membuat mereka semangat belajar dan terus belajar lebih baik.

Dan yang perlu diketahui, praktisi SEO Facebook melakukan hal-hal semacam itu umumnya karena 2 alasan:

1. Tidak tahu kalau cara tersebut kurang tepat.

Baca Juga:   Ini yang Harus Anda Lakukan Ketika Budget SEO Dipotong

2. Tahu tapi banyak keterbatasan untuk melakukan hal yang lebih baik (teknis, modal, dsb).

Obrolan pun berlanjut.

“Lantas kenapa mereka tidak coba berkarier/bekerja sebagai profesional aja om?,” tanya orang tersebut.

Ada banyak alasan. Pertama, ada yang belajar SEO untuk diterapkan di bisnis dia sendiri. Sebenarnya dia adalah pebisnis (UMKM) yang belajar SEO. Mereka akan serap informasi terkait SEO tanpa filter.

Kedua, alasan paling umum kalau anak muda. Mereka-mereka ini bukan tidak ingin bekerja di perusahaan. Tapi seperti yang sudah saya sampaikan di atas, sebagian besar mereka ada di kalangan ekonomi bawah.

Jadi mari bayangkan saja, bagaimana bisa mereka ini masuk kriteria perusahaan yang umumnya akan jelas-jelas memberikan label MINIMAL S1 di lowongan pekerjaan, sementara mereka cuma lulus SMA, ada yang lulusan SMP bahkan SD? Tidak semuanya memang, tapi mari lihat mayoritas yang ada.

Jadi, daripada menghakimi, tugas kita justru mengulurkan tangan dan mengedukasi. Bukan mencemooh. Bukan memusuhi. Mereka mau “mendengarkan” kok ketika kita sampaikan sesuatu dengan arif dan bijaksana.

Dan banyak dari orang-orang profesional saat ini yang dulunya adalah IMers. Dulu suka nyepam. Sekarang? Mereka sudah bertumbuh. Sudah berproses. Dan tanpa kita (para praktisi SEO profesional) sadari, mungkin sekarang mereka adalah rekan diskusi kita—di forum-forum SEO profesional.

Dan jangan salah juga, malah banyak IMers yang sekarang jadi pebisnis hebat. Ketahanan mental anak-anak IMers yang berangkat dari bawah itu faktanya lebih teruji, karena mereka terbiasa dengan hidup (baca: penghasilan) yang penuh dengan ketidakpastian.

In other way, saya juga ingin menyampaikan ke teman-teman IMers bahwa apa yang sebenernya teman-teman SEO profesional inginkan adalah SEO ini dihargai. Bukan hanya dihargai secara citra, tapi juga penghargaan dalam bentuk materi.

Baca Juga:   SEO Tren & Prediksi di 2024: Apa dan Strategi yang Perlu Dipersiapkan

Sebenarnya itu saja tujuannya, buat kemaslahatan bersama.

Terakhir, kawan saya dari kalangan profesional tadi membalas cerita saya di atas dengan:

“Denger cerita ini, saya jadi lebih empati sama temen-temen IMers om”.

Yah, semoga percakapan saya dengan seseorang tadi, bisa menjadi jembatan agar “praktisi SEO Facebook” dan “praktisi SEO LinkedIn” jadi akur. Tidak ada lagi perdebatan tidak jelas di sosmed terkait hal ini.

(catatan redaksi: pertama dipublikasikan di post Facebook, dengan sedikit penyesuaian keterbacaan sesuai standar editorial DailySEO ID tanpa mengubah makna sama sekali. Foto oleh Franco Monsalvo)

Dapatkan berita terbaru seputar SEO Gratis!
Subscribe Sekarang!

Author

Airul Anwar adalah seorang Konsultan SEO yang telah berkecimpung di dunia SEO sejak 2011. Ia dikenal sebagai founder Mastah SEO, platform media digital yang berfokus pada SEO dan digital marketing.

Write A Comment